Tuesday, October 11, 2011

artikel penelitian

Penggunaan Obat Tradisional Dalam Upaya Pengobatan Sendiri Di Indonesia PDF Print E-mail
Written by Sudibyo Supardi, Andi Leny Susyanty   
PENDAHULUAN
       Keluhan sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Pengertian sakit berkaitan dengan gangguan psikososial yang dirasakan seseorang dan bersifat subjektif, sedangkan pengertian penyakit berkaitan dengan gangguan yang terjadi pada organ tubuh berdasarkan diagnosis medis dan bersifat objektif. 1)
 
       Studi mengenai perilaku pencarian pengobatan pada orang sakit umumnya menyangkut tiga pertanyaan pokok, yaitu (a) sumber pengobatan apa yang dianggap mampu mengobati sakitnya, (b) kriteria apa yang dipakai untuk memilih salah satu dari beberapa sumber pengobatan yang ada, dan (c) bagaimana proses pengambilan keputusan untuk memilih sumber pengobatan tersebut. 2)

       Sumber pengobatan mencakup tiga sektor yang saling terkait, yaitu pengobatan rumah tangga/ pengobatan sendiri menggunakan obat, obat tradisional, atau cara tradisional, pengobatan medis yang dilakukan oleh praktek perawat, praktek dokter, puskesmas, atau rumah sakit, serta pengobat tradisional. 2)  Kriteria yang digunakan untuk memilih sumber pengobatan adalah pengetahuan tentang sakit dan pengobatannya, keyakinan terhadap obat/ pengobatan, keparahan sakit, dan keterjangkauan biaya dan jarak. Dari empat kriteria tersebut, keparahan sakit menduduki tempat yang dominan. 2)
       Proses pengambilan keputusan untuk memilih sumber pengobatan dimulai dengan menerima informasi, memproses berbagai kemungkinan dan dampaknya, kemudian mengambil keputusan dari berbagai alternatif, dan melaksanakannya. Interpretasi seseorang terhadap sakit dapat berbeda sehingga mempengaruhi keputusan yang diambil. Lesu ketika bangun tidur misalnya, dapat diinterpretasikan kelelahan oleh orang yang usai bekerja keras, atau gejala flu pada cuaca mendung, atau sakit bertambah parah oleh penderita penyakit kronis. Interpretasi yang berbeda terhadap sakit dapat mengakibatkan pemilihan sumber pengobatan yang berbeda. 3)

       Pengobatan sendiri adalah upaya pengobatan sakit menggunakan obat, obat tradisional atau cara tradisional tanpa petunjuk ahlinya. 4) Tujuan pengobatan sendiri adalah untuk peningkatan kesehatan, pengobatan sakit ringan, dan pengobatan rutin penyakit kronis setelah perawatan dokter. Alasan pengobatan sendiri adalah kepraktisan waktu, kepercayaan pada obat tradisional, masalah privasi, biaya, jarak, dan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan. 5)

       Keuntungan pengobatan sendiri adalah aman apabila digunakan sesuai dengan petunjuk/efek samping dapat diperkirakan, efektif  untuk menghilangkan keluhan karena 80% sakit bersifat self-limiting, yaitu sembuh sendiri tanpa intervensi tenaga kesehatan,  biaya pembelian obat relatif lebih murah daripada biaya pelayanan kesehatan, hemat waktu karena tidak perlu mengunjungi fasilitas/profesi kesehatan, kepuasan karena ikut berperan aktif dalam pengambilan keputusan terapi, berperan serta dalam sistem pelayanan kesehatan, menghindari rasa malu atau stress apabila harus menampakkan bagian tubuh tertentu di depan  tenaga kesehatan, dan membantu pemerintah mengatasi keterbatasan jumlah tenaga kesehatan di masyarakat. 6)
   
      Adapun kekurangan pengobatan sendiri adalah obat dapat membahayakan kesehatan apabila tidak digunakan sesuai dengan aturan, pemborosan biaya dan waktu apabila salah menggunakan obat, kemungkinan timbulnya reaksi obat yang tidak diinginkan, misalnya sensitivitas, efek samping atau resistensi, penggunaan obat yang salah akibat informasi yang kurang lengkap dari iklan obat, tidak efektif akibat salah diagnosis dan pemilihan obat, dan sulit berpikir dan bertindak objektif karena pemilihan obat dipengaruhi oleh pengalaman menggunakan obat di masa lalu dan lingkungan sosialnya. 6)
 
       Hasil Susenas 2007 menunjukkan penduduk Indonesia yang mengeluh sakit dalam kurun waktu sebulan sebelum survey 30,90%. Dari penduduk yang mengeluh sakit, 65,01% memilih pengobatan sendiri menggunakan obat dan atau obat tradisional. Pengertian obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian, atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. 7).
        Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan penggunaan obat tradisional dalam upaya pengobatan sendiri di Indonesia, dan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan obat tradisional ?. Manfaat analisis data yang diharapkan adalah sebagai informasi untuk membuat kebijakan penggunaan obat tradisional dalam pengobatan sendiri di masyarakat.

METODE ANALISIS
       Penggunaan obat tradisional dalam pengobatan sendiri merupakan suatu perilaku kesehatan. Menurut Green, dkk (l980), perilaku kesehatan dapat dilihat sebagai fungsi pengaruh kolektif dari 3 faktor, yaitu (a) faktor predisposisi (predisposing factors) antara lain pengetahuan, sikap, dan persepsi, (b) faktor pemungkin (enabling factors) antara lain ketersediaan dan keterjangkauan yang terkait dengan biaya untuk mendapatkan obat tradisional dan jarak, dan (c) faktor penguat (reinforcing factors) antara lain dukungan  lingkungan sosial. 8) Berdasarkan teori tersebut dan data yang tersedia, dibuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut.

tabakhir.jpg





















. . . . . tidak diteliti karena data pengetahuan, sikap, persepsi sakit dan dukungan sosial dalam susenas 2007 tidak tersedia.
        Berdasarkan kerangka konsep tersebut disusun hipotesis sebagai berikut : 
“Secara bersama-sama kelompok umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, dan jenis keluhan berhubungan dengan pengobatan sendiri menggunakan obat tradisional”.




Definisi operasional variabel disusun sebagai berikut.
VARIABEL

DEFINISI OPERASIONAL
Kelompok umur



Jenis kelamin


Status perkawinan

Pendidikan



Pekerjaan



Tempat tinggal

Keluhan sakit kepala

Keluhan demam


Keluhan batuk


Keluhan pilek


Keluhan diare


Penggunaan obat tradisional
Umur responden dihitung sampai dengan ulang tahun terakhir, dibuat kategori: belum usia lanjut (umur kurang dari 56 tahun) dan usia lanjut (umur 56 tahun ke atas).

Jenis kelamin responden diketahui berdasarkan pengamatan atau pengakuan, dibuat kategori : laki-laki dan perempuan.

Status perkawinan responden, dibuat kategori: belum menikah dan menikah (termasuk cerai hidup atau cerai mati).

Pendidikan responden dinilai dari ijazah tertinggi yang dimiliki, dibuat kategori: berpendidikan (tamat SD ke atas) dan kurang pendidikan (tidak tamat SD).

Pekerjaan responden dinilai berdasarkan kegiatan rutin yang dilakukan setiap hari untuk mendapatkan uang, dibuat kategori: pekerjaan lain dan petani/ nelayan/ tidak bekerja.

Tempat tinggal responden, dibuat kategori: perkotaan dan pedesaan.

keluhan sakit kepala yang dirasakan responden selama kurun waktu sebulan sebelum survai, dibuat kategori : ada dan tidak ada.

keluhan demam yang dirasakan responden selama kurun waktu sebulan sebelum survai, dibuat kategori : ada dan tidak ada.

keluhan batuk yang dirasakan responden selama kurun waktu sebulan sebelum survai, dibuat kategori : ada dan tidak ada.

keluhan pilek yang dirasakan responden selama kurun waktu sebulan sebelum survai, dibuat kategori : ada dan tidak ada.

keluhan diare yang dirasakan responden selama kurun waktu sebulan sebelum survai, dibuat kategori : ada dan tidak ada.

Penggunaan obat tradisional dalam upaya pengobatan sendiri oleh responden yang mengeluh sakit kurun waktu sebulan terakhir, dibuat kategori : tidak menggunakan dan menggunakan obat tradisional


       Rancangan penelitian yang digunakan adalah analisis data sekunder hasil KOR-MODUL Susenas 2007, yang mencakup 280.000 rumah tangga atau 973.660 responden di 33 propinsi Indonesia. Pengumpulan data Susenas 2007 menggunakan pendekatan survey (cross sectional) terhadap anggota rumah tangga terpilih. Kriteria sampel adalah responden berumur 10 tahun ke atas yang mengeluh sakit dalam kurun waktu sebulan terakhir sebelum survey dan melakukan pengobatan sendiri menggunakan obat tradisional. Data yag dikumpulkan mencakup umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, jenis keluhan dan penggunaan obat tradisional. Analisis data berupa proporsi, uji Chi-square dan uji regresi logistik ganda.

HASIL ANALISIS

1.             Penggunaan obat tradisional dalam pengobatan sendiri
       Data data KOR Susenas 2007 terdapat 973.660 responden yang mewakili penduduk Indonesia. Dari responden tersebut diketahui penduduk yang mempunyai keluhan sakit dalam sebulan sebelum survai sebanyak 299.463 orang, atau 30,8% nya. Kemudian dari penduduk yang mengeluh sakit, sebanyak 195123 orang melakukan pengobatan sendiri, atau 65,2% nya, dan yang menggunakan obat tradisional sebanyak 54.904 orang, atau 28,1%.
Tabel 1. Hasil Uji Chi-Square Variabel Bebas yang berhubungan dengan Penggunaan Obat Tradisional dalam Pengobatan Sendiri, Susenas 2007.

VARIABEL BEBAS
PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL
p
Chi-square
TIDAK
 (n=140.219)
YA
(n = 54.904)
TOTAL
(n =195.123)
Kelompok umur
·         Kurang dari 56 tahun
·         56 tahun ke atas

84,6%
60,9%


15,4%
39,1%

100%
100%

0,000
Jenis kelamin
·         Laki-laki
·         Perempuan

72,2%
71,5%

27,8%
28,5%

100%
100%

0,001
Status perkawinan
·         Belum menikah
·         Menikah
·         Cerai hidup
·         Cerai mati

76,9%
70,3%
68,1%
60,9%

23,1%
29,7%
31,9%
39,1%

100%
100%
100%
100%

0,000
Pendidikan
·         Tidak/belum sekolah
·         Tidak tamat SD
·         Tamat SD/ sederajat
·         Tamat SLTP
·         Tamat SLTA
·         Tamat perg. tinggi

59,5%
68,6%
79,8%
75,1%
77,4%
79,2%

40,5%
31,4%
29,2%
24,9%
22,6%
20,8%

100%
100%
100%
100%
100%
100%

0,000
Pekerjaan
·         Tidak bekerja
·         Petani
·         Nelayan
·         Masih sekolah
·         Ibu rumah tangga
·         TNI/POLRI
·         PNS
·         BUMN
·         Karyawan swasta
·         Pedagang
·         Jasa
·         Buruh
·         lainnya

64,7%
63,8%
66,7%
79,0%
72,0%
74,3%
76,7%
79,8%
79,8%
73,9%
75,0%
73,6%
70,1%

35,3%
36,2%
33,3%
21,0%
28,0%
25,7%
23,3%
20,2%
20,2%
26,1%
25,0%
26,4%
29,9%

100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%

0,000
Tempat tinggal
·         Kota
·         Desa

77,0%
68,4%

23,0%
31,6%

100%
100%

0,000
Keluhan
·        sakit kepala
·         demam
·         batuk
·         pilek
·         diare

71,7%
72,8%
74,4%
76,2%
72,2%

28,3%
27,2%
25,5%
23,8%
33,1%

100%
100%
100%
100%
100%

0,178
0,000
0,000
0,000
0,000


       Tabel 1 menunjukkan hasil uji Chi Square semua variabel bebas yang diduga berhubungan dengan penggunaan obat tradisional. Hasil uji statistik menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
·         Proporsi penggunakan obat tradisional pada responden kelompok lanjut usia (39,1%) lebih tinggi daripada responden yang belum lanjut usia (15,4%). Ada hubungan bermakna antara responden kelompok umur lanjut usia dan penggunaan obat tradisional (p< 0,05).
·         Proporsi penggunaan obat tradisional hampir sama antara responden laki-laki (27,8%) dan responden perempuan (28,5%). Ada hubungan bermakna antara responden perempuan dan penggunaan obat tradisional (p< 0,05).
·         Proporsi penggunakan obat tradisional pada responden yang belum menikah (23,1%), lebih rendah daripada responden yang menikah (29,7%), cerai hidup (31,9%) dan cerai mati (39,1%). Ada hubungan bermakna antara responden yang menikah dan penggunaan obat tradisional (p< 0,05).
·         Proporsi penggunakan obat tradisional menurun dengan meningkatnya pendidikan responden. Penggunaan obat tradisional pada responden yang tidak sekolah (40,5%) lebih tinggi daripada responden yang berpendidikan tamat perguruan tinggi (20,8%). Ada hubungan bermakna antara responden yang berpendidikan rendah (tidak sekolah/ tamat SD) dan penggunaan obat tradisional (p< 0,05).
·         Proporsi penggunakan obat tradisional pada responden yang mempunyai pekerjaan petani, nelayan dan tidak bekerja (33,3 - 35,3%) lebih tinggi daripada responden dengan pekerjaan lainnya (21,0 – 29,9%). Ada hubungan bermakna antara jenis pekerjaan responden dan penggunaan obat tradisional (p< 0,05).
·         Proporsi penggunakan obat tradisional pada responden yang bertempat tinggal di pedesaan (31,6%) lebih tinggi daripada responden yang bertempat tinggal di perkotaan (23,0%). Ada hubungan bermakna antara tempat tinggal responden di desa dan penggunaan obat tradisional (p< 0,05).
·         Proporsi penggunakan obat tradisional pada responden yang mengeluh diare (33,1%) lebih besar daripada keluhan sakit kepala (28,3%), demam (27,2%), batuk (25,6%) dan pilek (23,8%). relatif sama dengan responden yang tidak mengeluh sakit kepala (28,1%). Ada hubungan bermakna antara responden yang mengeluh demam, batuk, pilek, diare dan penggunaan obat tradisional (p< 0,05), tetapi tidak ada hubungan bermakna antara responden yang mengeluh sakit kepala dan penggunaan obat tradisional (p> 0,05).

2.             Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan obat tradisional
       Semua variabel yang bermakna kemudian dilakukan uji regresi logistik ganda menggunakan metoda backward untuk melihat nilai odd ratio sebagai berikut :



Tabel 2. Hasil Uji Regresi Logistik Ganda Metode Backward Elimination antara Variabel Bebas dan Penggunaan Obat tradisional, Susenas 2007.

VARIABEL
B
Wald
Signifi
cancy
OR
 (exp b)
95% CI
Kelompok umur lansia
Status menikah
Tempat tinggal di desa
Konstanta
0,508
0,244
0,421
- 2,637
1489,33
435,740
1572,417
9255,398
0,000
0,000
0,000
0,000
1,66
1,28
1,52
0,07
1,62–1,70
1,24-1,30
1,49-1,55

       Tabel 3 menunjukkan hasil uji regresi logistik ganda antara variabel bebas yang bermakna dengan penggunaan obat tradisional dalam pengobatan sendiri. Hasil uji menunjukkan hal-hal sebagai berikut
§  Penggunaan obat tradisional oleh responden kelompok lanjut usia kemungkinannya 1,66 kali daripada responden yang belum lanjut usia, setelah dikontrol variabel status menikah dan tempat tinggal di desa.
§  Penggunaan obat tradisional oleh responden yang menikah kemungkinannya 1,28 kali daripada responden yang belum menikah, setelah dikontrol variabel kelompok umur lansia dan tempat tinggal di desa.
§  Penggunaan obat tradisional oleh responden yang bertempat tinggal di desa kemungkinannya 1,52 kali daripada responden yang bertempat tinggal di kota, setelah dikontrol variabel kelompok umur lansia dan status menikah.

PEMBAHASAN

1.  Penggunaan obat tradisional dalam pengobatan sendiri
        Penggunaan obat tradisional dalam pengobatan sendiri dari penduduk yang mengeluh sakit berdasarkan data Susenas 7 tahun terakhir dapat disimpulkan sebagai berikut : 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15)



Tabel 3.  Persentase Penduduk Indonesia yang Mengeluh Sakit, Melakukan Pengobatan Sendiri dan Penggunaan Obat/ Obat Tradisional Berdasarkan Data Susenas 2000 – 2006.

KETERANGAN
PERSENTASE PENDUDUK INDONESIA

2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006

Penduduk yang mengeluh sakit dalam sebulan terakhir
25,6
25,49
26,25
24,41
26,51
26,68
28,15
Pemilihan pengobatan sendiri oleh penduduk yang sakit
62,94
58,78
60,60
64,35
72,44
69,88
65,01
Penggunaan obat dalam pengobatan sendiri
87,68
83,88
85,10
86,18
87,37
82,56
82,28
Penggunaan obat tradisional dalam pengobatan sendiri
15,59
30,24
29,73
30,67
32,87
35,52
38,30

       Tabel 3 menunjukkan bahwa selama tujuh tahun terakhir persentase penduduk Indonesia yang mengeluh sakit dalam waktu sebulan terakhir relatif tetap, berkisar antara 24,41% sampai 28,15,5%. Penduduk yang mengeluh sakit dan melakukan pengobatan sendiri relatif tetap, berkisar antara 58,782% sampai 72,44%. Demikian pula penggunaan obat dalam upaya pengobatan sendiri oleh penduduk yang mengeluh sakit relatif tetap, berkisar antara 82,28 sampai 87,68. Namun demikian penggunaan obat tradisional dalam upaya pengobatan sendiri oleh penduduk yang mengeluh sakit terus meningkat selama kurun waktu 2000-2006, dari 15,2% menjadi 38,30%.
       Persentase terbesar penduduk Indonesia yang mengeluh sakit memilih melakukan pengobatan sendiri mungkin karena keluhannya ringan. Menurut Kasniyah (1983), dalam upaya penanggulangan penyakit anak balita, umumnya penduduk Jawa Tengah memilih pengobatan sendiri untuk sakit ringan, pengobatan medis untuk sakit sedang, dan pengobat tradisional untuk sakit berat. 16) Penduduk lebih banyak yang menggunakan obat dalam pengobatan sendiri dibandingkan obat tradisional menurut Supardi, dkk. (1997), mungkin karena obat relatif lebih singkat digunakan, lebih murah harganya, dan lebih mudah didapat dibandingkan obat tradisional. Tujuan responden menggunakan obat tradisional lebih banyak untuk menjaga kesehatan, mengatasi diare dan pegel linu, dengan hasil 72,2% responden merasa sembuh/ hilang keluhan setelah menggunakan obat tradisional. 17)
       Persentase responden yang menggunakan obat tradisional dalam upaya pengobatan sendiri lebih besar pada kelompok umur lansia, status menikah/cerai, pendidikan rendah, pekerjaan petani, nelayan atau tidak bekerja, tempat tinggal di desa, dan keluhan sakit diare (Tabel 1). Hasil ini relative tidak berbeda dengan hasil analisis data Susenas 2001 yang menunjukkan persentase penduduk Indonesia yang menggunakan obat tradisional lebih besar pada kelompok umur lebih tua, pendidikan rendah, tingkat ekonomi rendah dan tempat tinggal di desa. 18)
      
2.  Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan obat tradisional
       Penggunaan obat tradisional kemungkinannya lebih tinggi pada penduduk Indonesia kelompok lanjut usia, status menikah, dan tempat tinggal di desa (Tabel 2). Hal ini mungkin disebabkan karena orang tua lebih menyukai penggunaan obat tradisional karena lebih mudah dan praktis. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang mendapatkan persentase penduduk yang menggunakan obat tradisional tidak dipengaruhi oleh kelompok umur. 19)
       Hasil uji regresi logistik ganda menujukkan bahwa penduduk yang bertempat tinggal di desa lebih besar kemungkinannya menggunakan obat tradisional daripada penduduk yang bertempat tinggal di kota (Tabel 2). Hasil analisis data susenas 2004 oleh Supardi, dkk. (2005), menunjukkan persentase penduduk Indonesia yang menggunakan obat tradisional buatan pabrik (46,0%) lebih besar dari pada yang menggunakan obat tradisional buatan sendiri (39,7%) atau jamu gendong (14,3%). Tempat tinggal di desa berhubungan bermakna dengan penggunaan obat tradisional buatan sendiri atau jamu gendong. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang mendapatkan proporsi penduduk yang menggunakan obat tradisional (khususnya simplisia) lebih banyak tinggal di pedesaan daripada tinggal di perkotaan. 19, 20).

KESIMPULAN DAN SARAN
       Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasannya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Persentase penduduk Indonesia yang menggunakan obat tradisional dalam pengobatan sendiri terus meningkat selama kurun waktu tahun 2000 – 2006, dari 15,2% menjadi 38,30%. Penggunaan obat tradisional dalam upaya pengobatan sendiri lebih besar pada kelompok umur lansia, status menikah/ pernah menikah, pendidikan rendah, pekerjaan petani, nelayan atau tidak bekerja, tempat tinggal di desa, dan keluhan sakit diare.
2.      Secara bersama-sama kelompok umur lansia, tempat tinggal di desa, dan status menikah berhubungan bermakna dengan penggunaan obat tradisional.
       Berdasarkan simpulan tersebut, disarankan agar Departemen Kesehatan melakukan pembinaan dan penataan yang lebih baik dan luas terhadap obat tradisional mengingat semakin banyaknya masyarakat yang menggunakannya dalam pengobatan sendiri. Bahkan lebih banyak pada kelompok umur lansia dan tempat tinggal di desa, sehingga memerlukan penyuluhan dan pembinaan yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
1.             Rosenstock, Irwin M., 1974. The Health Belief and Preventive Health Behavior. Health Education Monograph, 2(4): 354.
2.             Young, James C., 1980. “A model of Illness Treatment Decisions in a Tarascan Town”. Dalam  American Ethnologist, 7(1): 106-131
3.             Dolinsky, Donna 1989. “Psychosocial Aspects of the Illness Experience”. Dalam Wertheimer, A.I. dan Mickey C.Smith (eds). Pharmacy Practice, Social and Behavioral Aspects. Third edition, Sydney: Williams & Wilkins, 241-243
4.             Anderson, JAD.1979. “Historical Background to Self-care”. Dalam Anderson JAD (ed) Self medication. The Proceeding of Workshop on Self-care. London MTP Press Limited Lancaster, 10-18.
5.             McEwen, J. 1979. “Self-medication in The Context of Self-care: A review”. Dalam: Anderson, J.A.D (ed). Self Medication. The Proceedings of Workshop on Self Care, London: MTP Press Limited Lancaster, 95-111.
6.             Holt, Gary A. & Edwin L. Hall. 1986. “The Pros and Cons of Self-medication”. Dalam Journal of Pharmacy Technology, September /October: 213-218.
7.             Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Kesejahteraan Rakyat (Welfare Statistics) 2007. Jakarta: 72-80.
8.             Green, Lawrence W, Marshall W. Keuter, Sigrid G. Deeds, dan Kay B. Partridge. 1980. Health Education Planning, a Diagnostic Approach. California: Mayfield Publishing Company, 14-15.
9.             Badan Pusat Statistik. 2001. Statistik Kesejahteraan Rakyat (Welfare Statistics) 2000. Jakarta: 70-91.
10.         Badan Pusat Statistik. 2002. Indikator Kesejahteraan Rakyat (Welfare Indicators) 2001. Jakarta: 8-13.
11.         Badan Pusat Statistik. 2003. Indikator Kesejahteraan Rakyat (Welfare Indicators) 2002. Jakarta: 8-13.
12.         Badan Pusat Statistik. 2004. Indikator Kesejahteraan Rakyat (Welfare Indicators) 2003. Jakarta: 8-13.
13.         Badan Pusat Statistik. 2005. Indikator Kesejahteraan Rakyat (Welfare Indicators) 2004. Jakarta: 8-13.
14.         Badan Pusat Statistik. 2006. Indikator Kesejahteraan Rakyat (Welfare Indicators) 2005. Jakarta: 8-13.
15.         Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Kesejahteraan Rakyat (Welfare Statistics) 2006. Jakarta: 46-73.
16.         Kasniyah, Naniek, 1983. Pengambilan Keputusan dalam Pemilihan Sistem Pengobatan, Khususnya Penanggulangan Penyakit Anak Balita pada Masyarakat Pedesaan Jawa. Tesis Program Studi Antropologi Kesehatan Universitas Indonesia, Jakarta: 90.
17.         Supardi, S., Mulyono Notosiswoyo, Nani Sukasediati, Winarsih, Sarjaini Jamal, M.J Herman. 1997. Laporan Penelitian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Obat dan Obat Tradisional Dalam Pengobatan Sendiri di Pedesaan. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Litbangkes, 52 hlm.
18.         Supardi, S., Sarjaini Jamal, Raharni. 2005. Pola Penggunaan Obat, Obat Tradisional dan Cara Tradisional dalam Pengobatan Sendiri di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, Volume 33 No.4, halaman 192-198.
19.         Departemen Kesehatan RI, 1994. Penelitian Penggunaan Obat dan Cara Pengobatan Tradisional di Rumah. Jakarta.
20.         Supardi, S., Feby Nurhadiyanto Arief, Sabarijah WittoEng. 2003. Penggunaan Obat Tradisional Buatan Pabrik dalam Pengobatan Sendiri di Indonesia. Jurnal bahan alam Indonesia, Volume 2 Nomor4, halaman 136-141.

0 comments:

Post a Comment

terima kasih buat yang sudah ngepost commentnya...
and makasih juga buat saran dan kritikan yang masuk

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Eagle Belt Buckles